Peraturan Pemasangan Kaca Film
Kaca film tidak boleh sembarangan pasang atau asal gelap saja, karena bisa berpengaruh pada visibilitas pengemudi saat berkendara, khususnya pada malam hari.
Disamping itu, aturan penggunaannya juga mempunyai dasar hukum yang sudah ditetapkan, semua tertuang di Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ).
Tingkat kegelapan kaca film juga diatur dalam PP Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan yang disebutkan bahwa kaca terdiri atas kaca depan, kaca belakang, dan jendela Kendaraan Bermotor dan Kereta Gandengan.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 439/U/Phb-76 tentang Penggunaan Kaca pada Kendaraan Bermotor, berikut aturan pemasangan kaca film mobil:
1. Bagi kendaraan-kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan kaca depan, belakang, dan samping, kaca yang digunakan harus mengikuti beberapa persyaratan.
Syarat tersebut antara lain adalah kaca harus terbuat dari bahan yang tidak mudah pecah, tembus pandang dua arah, dan tidak boleh mengubah serta mengganggu bentuk-bentuk orang atau benda-benda yang terlihat melalui kaca tersebut.
2. Penggunaan kaca berwarna atau kaca berlapis pewarna (film coating) diperbolehkan untuk kendaraan bermotor, asalkan kaca tersebut dapat tembus cahaya dengan persentase penembusan tidak kurang dari 70%.
Itu berarti aturan kaca film mobil harus mengikuti poin ini apabila kamu ingin mengganti atau menambahkannya.
3. Meski penggunaan kaca berwarna atau kaca dengan pelapis warna (film coating) dengan persentase penembusan cahaya tidak kurang dari 70% diperbolehkan pada mobil, terdapat pengecualian untuk kaca bagian depan dan belakang.
Khusus untuk kedua kaca ini, bahan yang digunakan harus memiliki persentase penembusan cahaya tidak kurang dari 40% sepanjang sisi atas (bagian kaca), yang lebarnya tidak lebih dari sepertiga tinggi kaca yang bersangkutan.
4. Penggunaan bahan-bahan untuk lapisan berwarna pada kaca-kaca, sebagaimana dimaksud pada poin sebelumnya, diharuskan agar tidak menimbulkan pemantulan-pemantulan cahaya baru selain pantulan yang biasa terjadi pada kaca-kaca bening.
5. Pemilik kendaraan bermotor dilarang menempelkan atau menempatkan sesuatu pada kaca-kaca kendaraan bermotor.
Contohnya stiker dan tempelan lain, kecuali untuk kepentingan pemerintah yang penempatannya pun tidak boleh mengganggu kebebasan dan jarak pandang pengemudi.
Hal ini berlaku untuk kaca depan, samping, maupun belakang.
6. Persentase cahaya yang disebutkan pada poin-poin sebelumnya adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara jumlah cahaya setelah menembus kaca tembus pandang dan jumlah cahaya sebelum menembus kaca yang bersangkutan.
Apalagi saat ini pihak kepolisian sudah menerapkan kebijakan Electronic – Traffic Law Enforcement (e-TLE), fitur kamera yang bisa mendeteksi pengemudi saat menggunakan ponsel dan tidak mengunakan sabuk pengaman saat berkendara.
Sehingga kaca film mobil semakin berperan saat berkendara karena kadar kegelapan kaca mobil juga sudah diatur dengan ukuran dan tingkat kegelapan tertentu.
Artinya, dengan aturan jelas dalam undang-undang pemilik mobil jangan coba-coba untuk menempelkan kaca film dengan tingkat kepekatan di atas 70% karena akan sangat berpotensi menimbulkan masalah.
Kaca Film memiliki beberapa spesifikasi yang berbeda-beda fungsinya. Agar bisa memilih kaca film yang sesuai dengan kebutuhan, perlu bagi pemilik mobil mengetahui istilah-istilah yang ada pada kaca film:
Visible Light Transmission (VLT)
VLT merupakan seberapa banyak cahaya mampu menembus kaca. Dalam bentuk persentase, semakin besar angka VLT maka semakin besar pula cahaya yang masuk sehingga makin silau. Sebaliknya, semakin kecil angka VLT, semakin sedikit cahaya yang tembus.
VLT memiliki nilai terbalik dengan tingkat kegelapan. Semakin besar angka VLT maka kaca akan semakin bening. Pastikan menggunakan kaca film dengan angka VLT yang sesuai dengan kemampuan penglihatan pengemudi. Kaca film yang terlalu gelap berpengaruh pada keamanan berkendara, terutama di malam hari.
Ultra Violet Rejected (UVR)
UVR merupakan kemampuan kaca film menangkal sinar ultra violet dari cahaya matahari. Kabin yang sering terpapar sinar ultra violet bisa merusak kondisi interior, bahkan juga mempengaruhi kesehatan pengendara serta penumpang.
Jadi pilih jenis kaca film yang punya spesifikasi persentasi UVR yang besar, karena akan semakin kuat menangkal sinar UV
Visible Light Reflectance (VLR)
VLR adalah kemampuan kaca dalam menciptakan pantulan berupa refleksi. Salah satu yang seringkali terlihat adalah refleksi dashboard mobil. Dalam situasi yang penuh cahaya seringkali refleksi tersebut dapat mengganggu dan mengalihkan fokus pengendara.
Semakin rendah nilai VLR maka refleksi yang tercipta juga makin kecil. Hal ini dapat berdampak pada keamanan dan kenyamanan pengendara.
Infrared Rejected (IR)
IR adalah kemampuan kaca dalam menangkal inframerah, radiasi penghasil panas yang ada pada cahaya matahari. Semakin tinggi nilai IR maka semakin besar kemampuannya menangkal radiasi inframerah.
Total Solar Energy Rejected (TSER)
TSER adalah kemampuan kaca film untuk menangkal infra red, ultra violet dan VLT. Secara umum TSER adalah kemampuan untuk menolak panas dari cahaya matahari. Semakin besar nilai TSER maka akan semakin sedikit pula panas yang masuk ke dalam mobil.
Jenis Bahan Kaca Film
Bahan yang terkandung di dalam lapisan kaca film pada dasarnya terbagi menjadi tiga jenis, nano metal, nano ceramic, dan nano carbon.
Ketiganya punya berbagai kelebihan serta kekurangan, sehingga untuk pemilihannya harus sesuai dengan preferensi konsumen pemilik mobil.
Nano Metal
Nano metal memiliki kemampuan menolak panas yang cukup baik. Selain itu warnanya pun juga lebih bagus dan menawarkan visibilitas yang baik saat masih baru.
Hanya saja bahan ini cukup menghambat sinyal dan sensor-sensor di dalam mobil. Akibatnya untuk melakukan atau menerima panggilan telpon di dalam kabin agak susah.
Nano Ceramic
Bahan jenis kedua ini dari sisi kemampuan tolak panasnya sama bagusnya dengan nano metal. Keunggulan menggunakan kaca film berbahan nano ceramic adalah warnanya yang terlihat lebih pekat dari luar.
Kelebihan tersebut sekaligus menjadi kekurangan, karena dari dalam kabin visibilitas keluar juga jadi lebih gelap. Untuk berkendara di malam hari kondisi ini memang sangat riskan.
Nano Carbon
Jenis bahan yang terakhir adalah nano carbon yang juga menawarkan visibilitas bagus. Dari kedua bahan kaca film sebelumnya, nano carbon banyak disebut sebagai bahan yang terbaik untuk kaca film.
Kemampuan tolak panasnya sama bagusnya dengan kaca film berbahan nano metal dan nano ceramic. Untuk soal visibilitas, kaca film berbahan nano carbon jauh lebih jernih dibandingkan keduanya.
Satu-satunya kekurangan pada kaca film berbahan nano carbon adalah tidak bisa dibuat segelap nano ceramic, sehingga pandangan dari luar ke dalam kabin lebih clear.
Artinya, untuk memilih bahan kaca film harus sesuai dengan kebutuhan, yang punya kemampuan tolak panas, atau butuh agar lebih gelap sehingga privasi tidak terganggu, atau mungkin adalah kedua-duanya.